Selasa, 06 Maret 2012

sejarah musik korea

Sejarah

Musik awal rakyat Korea diketahui dimainkan sebagai bagian dari upacara dan penyembahan kepada dewa-dewa.[2][3][4] Umumnya, bukti-bukti tersebut berasal dari sumber-sumber tertulis Cina kuno.[2][3]
Karena Semenanjung Korea menjorok dari benua Asia bagian timur laut, rakyat Korea telah melakukan pertukaran yang aktif sejak lama dengan bangsa Cina, Mongol, Jepang, Siberia dan Asia Tengah yang ikut memengaruhi kesenian mereka.[3][5]

[sunting] Tiga Kerajaan (57 SM-668 M)

Rakyat Korea dikenal pandai menyanyi dan menari sejak zaman kuno.[2] Catatan pertama yang merekam tentang kegemaran rakyat Korea bermusik adalah kitab sejarah Cina abad ke-3, San Guo Zhi.[2] Bangsa Cina kuno menyebut nenek moyang orang Korea dalam artikel tulisan yang berjudul "Barbarian dari Timur" atau Dong-yi.[2][4] Dalam catatan tersebut tertulis:
Setelah musim tanam selesai pada bulan ke-5, mereka selalu melakukan ritual menyembah dewa-dewa dengan membentuk kelompok, menari dan minum sampai malam tanpa istirahat. Alat musik yang mereka gunakan adalah lonceng yang dipukul seperti yang digunakan di Cina untuk menari. Pada bulan Oktober, setelah selesai panen, mereka akan mengulangi ritual yang sama. Setiap desa memberikan persembahan kepada dewa-dewa dengan petunjuk seorang pemimpin yang dinamakan cheonggun, yang dipilih oleh warga desa sendiri.

[sunting] Goguryeo (37 SM-668 M)

Rakyat kerajaan Goguryeo, yang tinggal di sebelah utara Semenanjung Korea dan Manchuria, dikenal di zaman Cina kuno akan kemahiran menyanyi dan menarinya. Bangsawan Dinasti Sui dan Tang menyukai orkes musik dan tarian Goguryeo. Alat musik yang dimainkan di Goguryeo antara lain suling yang dinamakan piri dan mandolin bersenar 5 yang dinamakan pipa yang diperkenalkan dari Asia Tengah.[3] Seorang perdana menteri bernama Wang San-ak menulis ratusan buah lagu berdasarkan permainan alat musik Cina dan menemukan kecapi petik yang dinamakan geomungo.[4] Ork

[sunting] Silla (57 SM-668 M)

Di kerajaan Silla, alat musik petik bersenar 12 yang dinamakan gayageum dari Kerajaan Gaya menjadi terkenal.[3] Masyarakat Silla menikmati lagu-lagu religius bertema agama Buddha maupun sekuler.[4] Musik asli mereka dinamakan hyang-ak dan mendapat pengaruh musik Asia Tengah.[3] Seorang musisi terkenal bernama Baek Gyeol menciptakan karya lagu Banga Taryeong yang sampai sekarang masih dinyanyikan.[4]

[sunting] Baekje (16 SM-660 M)

Musik dari kerajaan Baekje, negeri di sebelah barat daya Semenanjung Korea, kurang begitu dipahami. Namun diperkirakan, musiknya dipengaruhi oleh musik Cina. Berdasarkan catatan kuno, salah satu nomor musik istana yang masih dimainkan sampai saat ini, sujecheon (harfiah:"hidup abadi bagai surga") didasarkan dari musik kuno Baekje yang berjudul jeong-eup-sa atau kota Jeong-eup.

[sunting] Gaya

Kerajaan Gaya paling dikenal akan kontribusinya terhadap penemuan alat musik petik bersenar 12.[3][4] Alat musik ini menyebar ke berbagai kerajaan lain di sekitarnya dan dikenal dengan nama kecapi gaya atau gayageum.

[sunting] Silla Bersatu (668-935)

Rakyat Silla Bersatu menikmati seni suara yang dinamakan hyangga atau musik asli.[4] Hyangga ditulis berdasarkan lirik yang bernuansa Buddhisme yang berisi doa dan puji-pujian kepada Buddha.[4] Tema lainnya adalah tentang sekuler dan kehidupan sehari-hari. Hyangga mencerminkan kesenian religius dan sentimen rakyat Silla Bersatu.[4]

[sunting] Dinasti Goryeo (935-1392)

Pada masa Dinasti Goryeo, musik Cina (dang-ak) dan musik upacara (Aak) berkembang pesat bersamaan dengan musik asli (hyang-ak).[4] Musik ritual ditampilkan dalam upacara keagamaan Konfusius bersama tari-tarian.[4] Berbagai jenis alat musik baru diciptakan atau diperkenalkan dari Cina.[4] Jenis alat musik yang populer adalah gayageum, geomungo dan janggo.[4]

[sunting] Dinasti Joseon (1392-1910)

Lukisan "anak penari", karya Kim Hong-do, Dinasti Joseon.
Musik pada masa Dinasti Joseon dibagi menjadi 2 jenis, yakni musik istana (jeong-ak) dan musik rakyat (minsok-ak).[3] Rakyat kelas atas dan istana mendengarkan musik istana, yang terdiri dari musik Cina (dang-ak), musik asli Korea (hyang-ak) dan musik ritual Konfusianisme (a-ak).[3]
Periode terpenting bagi bidang musik pada masa Dinasti Joseon adalah masa pemerintahan Raja Sejong yang Agung (1418-1450).[6] Kontribusi Raja Sejong terhadap perkembangan musik Korea dianggap monumental seperti prestasinya dalam bidang politik dan ilmu pengetahuan.[6] Ia mengembangkan sebuah pipa bambu yang dinamakan yulgwan untuk menandai pola titinada musik Korea, mendesain ulang alat musik, menciptakan musik baru dan menciptakan jeongganbo, sistem notasi musik pertama di Asia Timur.[6]
Pada akhir periode Dinasti Joseon, popularitas musik istana semakin menurun, sementara itu musik rakyat dan drama tradisional seperti pansori dan changgeuk, berkembang pesat.[3][4] Musik rakyat mulai diwariskan dari generasi ke generasi.[4] Seni suara yang didasarkan dari lirik penyair terkenal seperti Kim Cheon-taek dan Kim Su-jang mulai populer di antara kaum bangsawan terpelajar.[4]
Musik religius seperti musik agama Buddha dan Shamanisme juga semakin memengaruhi genre musik rakyat Korea pada masa ini.[4] Musik agama Buddha mengalami kebangkitan, antara lain dengan populernya permainan nomor musik yeongsan hoesang, musik religius yang terinspirasi dari peristiwa khotbah Buddha di gunung Gridhrakuta di India.[3] Bentuk syair yang berasal dari zaman Dinasti Goryeo, sijo, semakin digemari.[4] Sijo adalah syair pendek yang dilantunkan bersama permainan alat musik.[4]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost
Free Tail 2 Cursors at www.totallyfreecursors.com
Free Dance Dance Revolution 8 Cursors at www.totallyfreecursors.com